Guru bahasa Indonesiaku, Martinus Ruma, adalah sosok guru yang menjadi salah satu favorit saya. Ialah guru dengan metode pembelajaran yang tampak berbeda dari yang lain. Pak Martinus —sebagaimana ia biasa di panggil, pada pertemuan pertama kelas saya dengan beliau, beliau mengajarkan 2 pokok hal yang penting. 2 hal itu ialah 3T dan 3O. Hah? 3T dan 3O? Apakah itu? Mari saya jelaskan.
3T adalah singkatan dari Tahu Diri, Tahu Waktu, dan Tahu Tempat. Tahu diri, maksudnya adalah kita harus mengetahui siapakah kita. Jika kita adalah siswa, maka berlakulah seperti layaknya siswa.
Tahu waktu, maksudnya kita harus tau waktu yang tepat. Selalu tepat waktu, dan dapat membaca waktu. Saat waktunya belajar, hendaklah kita belajar. Saat waktunya bercanda, maka gunakanlah waktu tersebut.
Tahu tempat, maksudnya kita harus tau tempat kita berada sekarang. Jika sekarang kita ada di sekolah, taatilah peraturan sekolah.
3O terdiri dari Olah Otak, Olah Hati, Olah Raga. Sebagaimana kita tau, olah raga artinya olah fisik, berolahraga melakukan aktifitas fisik. Olah Otak, maksudnya kita juga harus belajar, mengolah otak kita agak tidak "mampet". Olah Hati, artinya kita harus bisa mengendalikan keinginan kita, misalnya kita harus berusaha untuk tidak mencotek meski ada kesempatan.
Pada kesempatan selanjutnya, Pak Martinus mulai masuk kedalam materi. Beliau mengajarkan, tentang penulisan opini. Penulisan opini memiliki 4 struktur, yaitu idealnya, faktanya, permasalahan, dan solusi. Idealnya adalah keadaan seharusnya terjadi. Faktanya adalah keadaan sebenarnya yang terjadi di lapangan. Permasalah adalah masalah-masalah yang muncul berdasarkan hasil analisa dari fakta yang terjadi. Solusi adalah jalan keluar dari masalah yang terlah dianalisa menurut pemikiran kita.
Setelah itu, beliau mengajarkan tentang ceramah. Selengkapnya tentang ceramah dapat kalian liat disini.disini
Pak Martinus mengatakan bahwa keterampilan berbahasa ada 4, yaitu berbicara, membaca, menulis, dan menyimak. Dari 4 hal ini, beliau menekankan pada hal menyimak. Menyimak berbeda dengan mendengar dan mendengarkan. Mendengar artinya ia hanya mendengar tapi tidak tahu apa yang ia dengarkan. Mendengarkan artinya ia mendengar, tapi belum tentu benar-benar mengerti isi yang ia dengar. Namun menyimak artinya sudah mendengarkan dengan seksama, fokus, dan mengerti sepenuhnya.
Menyimak dengan baik di pengaruhi faktor dari luar dan dalam. Faktor dari luar misalnya saat mendengar diganggu teman atau diajak berbicara dengan teman, akan memecah konsentrasi. Faktor dari dalam misalnya kurang tidur sehingga mengantuk sehingga tidak dapat menyimak dengan baik.
Keseluruhan pertemuan di isi oleh presentasi kelompok-kelompok, presentasi yang tidak berbentuk powerpoint ini yang membuat metodenya unik. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing, dan hal ini —menurut saya sangat membuat cara belajar bahasa Indonesia tidak membosankan.
Sekian dari saya, tunggu postingan saya selanjutnya ya! Sampai jumpa!
1 komentar:
beh mantep cii ����
Posting Komentar