Pages

Sederet Abjad: Aku, Benci, Cinta, dan Dia

Aku
Hanya sebuah kata dengan tiga huruf
Terlihat sederhana tapi rumit
Manusia biasa yang terlalu ceroboh mengurus hati

Ku perkenalkan dia
Dia adalah hariku
Dia adalah senyumku
Dan juga air mataku

Dia membuat lembaran itu tidak sekedar hitam dan putih
Bisa dibilang, dia pensil warna favoritku
Bersamanya tiap hari seolah bertambah spektrum baru
Dan kehilangannya membuatku biru

Dia penyapu air mataku
Memang takdir suka lucu
Dia selalu datang saat aku menunduk
Dia yang mengangkat kepalaku dan memberi senyum

Semuanya seperti tentang dia
Aku melihatnya lebih dari seorang teman
Tapi baginya, mungkin aku hanya satu dari banyak perempuan yang dekat dengannya
Sosok yang bisa ia panggil dengan berteriak dan pasti akan datang membantunya

Aku terjatuh
Sebuah kecerobohan yang bodoh
Bodoh saat kau berharap kepada seseorang yang memang tidak bisa kauharapkan
Tapi kecerobohan mana yang terjadi kebetulan?

Takdir memang suka bercanda
Kadang kala, netra kami bertemu
Seolah membiarkan pikiran kami berhati
Dan membiarkan hati kami berpikir

Namun otak diciptakan lebih pintar
Lebih pintar dari logika hati dan logika perasaan
Menatapnya memang hangat
Tapi aku yang selalu lebih dulu mengalihkan pandangan

Aku hanya takut akan terjatuh lebih dalam
Aku takut aku akan terlena lagi
Aku takut aku lupa caranya untuk bangkit
Aku takut usahaku menarikmu keluar tidak membuahkan hasil

Hari ini ia tidak lagi tertawa denganku
Hari ini ia tidak lagi meneriakkan namaku
Hari ini ia tidak datang membawa senyum itu
Benarkan? Aku memang tidak pernah ada dimatanya

Aku benci dengan perlakuannya padaku
Perlakuannya seperti mawar dengan duri
Indah namun menyakitkan
Harum namun menusuk

Aku membencinya
Aku benci dia yang membuatku begini
Aku benci dia yang membuatku selalu ingin tau semua tentangnya
Aku benci, dan aku tetap menyukainya

Tidak ada komentar: