Potrait Aku. |
Bagaimana jika rasa ini masih sama? Bagaimana jika
kita masih menyimpan rasa yang tak pernah kunjung berubah? Bagaimana jika aku
tidak mengatakan sederet kalimat yang menyakitkan itu? Apakah justru kamu yang
akan mengatakannya?
Aku memang egois. Aku hanya tau satu sisi koin lain
tanpa mau tau sisi lainnya. Aku hanya tau aku yang menangis, aku tidak pernah
peduli bahwa kau juga. Aku tidak pernah langsung melihat sisi lainnya. “Katanya…”
sudah tidak asing di telingaku, kita ini sama bukan? Selalu mendengar ucapan
teman tanpa mau tau apa yang terjadi.
Sebenarnya, kita ini kenapa sih?
Kadang, mata kita masih suka bertemu, ‘kan? Meski
sesaat, perlu kau tau bahwa jantungku berdebar dengan tempo yang masih sama
seperti dulu. Sepercik kilat yang tercipta saat kedua manikmu itu bertemu
denganku masih membuat jantungku berdebar. Apakah aku masih menyayangimu?
Entahlah, akupun bingung.
Aku ini kenapa?
Bagaimana jika aku masih suka padamu? Bagaimana jika
semua kata tidak yang aku lontarkan hanyalah sebuah sangkalan? Bagaimana jika
selama ini aku membohongi diriku sendiri? Bagaimana jika selama ini hatiku
masih belum ku ambil darimu?
Temanku bilang, pikirkanlah lagi. Haha.. Benar, aku
masih mendengar kata temanku. Tapi ada benarnya yang ia katakan. Bagaimana jika
aku mengakui perasaanku sekarang? Bagaimana jika semuanya berakhir dengan hal
yang sama? Bagaimana jika… Apa yang aku lakukan sekarang, hanya menunda datangnya rasa
sakit yang lebih besar?
Aku hanya ingin tau apa yang sekarang kau rasakan.
Aku hanya ingin tau bagaimana kau melihat aku yang berjalan melalui koridor
kelasmu. Aku hanya ingin tau apakah kamu melihatku sama seperti dulu?
Bagaimana jika aku menanyakan hal itu padamu?
Bagaimana jika aku memberitaumu bahwa aku tidak se senti pun berpindah? Apakah
kau akan berubah dan berbalik arah? Apakah segalanya akan menjadi lebih baik?
Bagaimana jika kau memang benar-benar membenciku, dan segala hal yang baru aku
dengar tentangmu hanyalah angin belaka?
Aku hanya ingin tau, apakah kau benar-benar
menyayangiku. Aku hanya ingin mengerti semua sikap yang kau tunjukan padaku setelah
hari itu. Jika semua ini salah, bagaimana jika… hanya aku yang masih melihat
kearahmu saat kau sudah tidak lagi melihat aku?
Aku tidak lagi paham dengan diriku, rasanya seperti sudah
buntu di jalan yang tidak ada ujungnya, dan tidak ada bantuan yang tampak mendekat.
Sepertinya,
Aku masih menyayangimu.
Aku tidak berharap kau tau, aku tidak berharap kau mengerti.
Tapi, bagaimana jika aku baru saja melakukan kesalahan yang fatal?
1 komentar:
Judul : Pikiran Jam 2 Pagi
Pengarang : Wynne Gabriella
Kelebihan : - Kata2 nya sangat puitis
- Berdasarkan kisah nyata
- Format penulisannya bagus
Kekurangan : - Terdapat sedikit kesalahan
penulisan
Kesimpulan : Dengan membaca cerpen yang berjudul "Pikiran Jam 2 Pagi", saya memukan beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yakni kata2 yang sangat puitis yang memiliki arti yang dalam namun tetap dengan mudah dimengert. Cerpen ini ditulis berdasarkan pengalaman sendiri, unik karena banyak orang yang berkata cerpen yang bagus adalah cerpen yang berdasarkan pengalaman sendiri. Selain itu, cerpen ini memiliki format penulisan yang unik, membuat para pembaca tidak bosan dalam membaca cerpen tersebut. Namun, terdapat sedikit kesalahan penulisan/ typo. Namun secara keseluruhan cerpen ini bagus dan saya sangat merekomendasikan kepada pembaca terlebih kepada penyuka sastra, karena dapat menambah pembendaharaan kata para pembaca.
Posting Komentar