Pages

Pikiran Jam 2 Pagi.



Potrait Aku.
Bagaimana jika rasa ini masih sama? Bagaimana jika kita masih menyimpan rasa yang tak pernah kunjung berubah? Bagaimana jika aku tidak mengatakan sederet kalimat yang menyakitkan itu? Apakah justru kamu yang akan mengatakannya?

Aku memang egois. Aku hanya tau satu sisi koin lain tanpa mau tau sisi lainnya. Aku hanya tau aku yang menangis, aku tidak pernah peduli bahwa kau juga. Aku tidak pernah langsung melihat sisi lainnya. “Katanya…” sudah tidak asing di telingaku, kita ini sama bukan? Selalu mendengar ucapan teman tanpa mau tau apa yang terjadi.

Sebenarnya, kita ini kenapa sih?

Kadang, mata kita masih suka bertemu, ‘kan? Meski sesaat, perlu kau tau bahwa jantungku berdebar dengan tempo yang masih sama seperti dulu. Sepercik kilat yang tercipta saat kedua manikmu itu bertemu denganku masih membuat jantungku berdebar. Apakah aku masih menyayangimu? Entahlah, akupun bingung.

Aku ini kenapa?

Bagaimana jika aku masih suka padamu? Bagaimana jika semua kata tidak yang aku lontarkan hanyalah sebuah sangkalan? Bagaimana jika selama ini aku membohongi diriku sendiri? Bagaimana jika selama ini hatiku masih belum ku ambil darimu?

Temanku bilang, pikirkanlah lagi. Haha.. Benar, aku masih mendengar kata temanku. Tapi ada benarnya yang ia katakan. Bagaimana jika aku mengakui perasaanku sekarang? Bagaimana jika semuanya berakhir dengan hal yang sama? Bagaimana jika… Apa yang aku lakukan sekarang, hanya menunda datangnya rasa sakit yang lebih besar?

Aku hanya ingin tau apa yang sekarang kau rasakan. Aku hanya ingin tau bagaimana kau melihat aku yang berjalan melalui koridor kelasmu. Aku hanya ingin tau apakah kamu melihatku sama seperti dulu?

Bagaimana jika aku menanyakan hal itu padamu? Bagaimana jika aku memberitaumu bahwa aku tidak se senti pun berpindah? Apakah kau akan berubah dan berbalik arah? Apakah segalanya akan menjadi lebih baik? Bagaimana jika kau memang benar-benar membenciku, dan segala hal yang baru aku dengar tentangmu hanyalah angin belaka?

Aku hanya ingin tau, apakah kau benar-benar menyayangiku. Aku hanya ingin mengerti semua sikap yang kau tunjukan padaku setelah hari itu. Jika semua ini salah, bagaimana jika… hanya aku yang masih melihat kearahmu saat kau sudah tidak lagi melihat aku?

Aku tidak lagi paham dengan diriku, rasanya seperti sudah buntu di jalan yang tidak ada ujungnya, dan tidak ada bantuan yang tampak mendekat.

Sepertinya,

Aku masih menyayangimu.
Aku tidak berharap kau tau, aku tidak berharap kau mengerti.

Tapi, bagaimana jika aku baru saja melakukan kesalahan yang fatal?

1 komentar:

Nicole Wirawan mengatakan...

Judul : Pikiran Jam 2 Pagi
Pengarang : Wynne Gabriella
Kelebihan : - Kata2 nya sangat puitis
- Berdasarkan kisah nyata
- Format penulisannya bagus

Kekurangan : - Terdapat sedikit kesalahan
penulisan


Kesimpulan : Dengan membaca cerpen yang berjudul "Pikiran Jam 2 Pagi", saya memukan beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yakni kata2 yang sangat puitis yang memiliki arti yang dalam namun tetap dengan mudah dimengert. Cerpen ini ditulis berdasarkan pengalaman sendiri, unik karena banyak orang yang berkata cerpen yang bagus adalah cerpen yang berdasarkan pengalaman sendiri. Selain itu, cerpen ini memiliki format penulisan yang unik, membuat para pembaca tidak bosan dalam membaca cerpen tersebut. Namun, terdapat sedikit kesalahan penulisan/ typo. Namun secara keseluruhan cerpen ini bagus dan saya sangat merekomendasikan kepada pembaca terlebih kepada penyuka sastra, karena dapat menambah pembendaharaan kata para pembaca.